Ribuan orang menghadiri Wilujengan Surud Dalem Ingkang Sunuhun Kanjeng Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo ke 389 tahun, di Sasana Sumewa Keraton Surakarta
Solo – Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Kasunanan Surakarta, menggelar Wilujengan Surud Dalem Ingkang Sunuhun Kanjeng Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo ke 389 tahun.
Kegiatan digelar di Sasana Sumewa Keraton Surakarta, Selasa (30/08/2022) yang dihadiri ribuan orang dari para sentono, abdi dalem, masyarakat umum, hingga para pelajar.
Wilujengan Surud Dalem atau peringatan hari wafatnya Sultan Agung Hanyokrokusumo ini merupakan bagian dari tradisi Keraton yang diselenggarakan untuk mendoakan raja pertama Mataram Islam.
Selain mendoakan, momentum peringatan ini juga dapat diambil pelajaran tentang nilai-nilai perjuangan dan kearifan, agar seluruh generasi penerus Mataram, selalu ingat akan pondasi-pondasi dasar yang telah diletakkan Sultan Agung, dalam memimpin negara (kerajaan) Mataram, saat itu.
“Kita bagian dari penerus Mataram, harus mampu meneladani semangat perjuangan Beliau (Sultan Agung) dan yang tak kalah penting meneladani nilai-nilai falsafah utama yang ditanamkan Beliau, yang mana sebagai raja besar, yang bergelar Kalimatullah, kerajaannya Islam, Beliau sangat melindungi sesama umat dan tidak membeda-bedakan antara sesama, ” terang Kanjeng Eddie.
Dalam salah satu falsafah utamanya yang selalu diingat, imbuh Kanjeng Eddie, yaitu, ‘Karyo Rakyas Sing Sesami’ mengutamakan hubungan yang harmoni dengan sesama, itu yang paling utama. Selain itu, bagaimana menjiwai sebuah perbedaan itu sebagai nilai dasar yang harus dijaga dan dirawat.
“Didalam kehidupan itu yang paling utama menurut ajarannya Sultan Agung dan juga menurut ada tradisi budaya kita adalah bagaimana kita senantiasa membuat suasana harmoni dengan siapapun dengan kelompok apapun walaupun berbeda antara kita,” sambung Kanjeng Eddie.
Dalam Wilujengan Surud Dalem dilakukan pembacaan tahlil dzikir, sahabat kures, dan sholawat Sultan Agung, yang dipimpin ulama Keraton Surakarta.
Acara yang dimulai Ba’da Dzuhur hingga berakhir menjelang Ashar, ditutup dengan syukuran makan bubur sungsum dan sego gurih, sebagai wujud syukur atas berkah Tuhan, yang senantiasa diberikan kepada hambanya, sehingga bisa hadir dalam acara Wilujengan ini.