UNS Akan mengkukuhkan 3 guru besar dibidang FKIP dan Timur Tengah
Reprter: Nurul Efendi
Editor: Muhammad Zain
SOLO (LN) – Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta kembali menambah tiga guru besar baru. Ketiga guru besar tersebut yaitu Prof. Suciati, M. Pd dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Prof. Dr. Leo Agung S., M. Pd dari FKIP dan Prof. Dr. Istadyantha, M.S dari Fakultas Keguruan Ilmu Budaya (FIB). UNS untuk saat ini akan mempunyai 206 guru besar.
Dari ketiga calon guru besar tersebut akan dikukuhkan sebagian guru besar UNS pada selasa (5/11/2019) di Auditorium GPH Haryo Mataram UNS.
“Dalam sidang pengukuhan guru besar nanti, saya akan membacakan pidato pengukuhan dengan judul Teknik Scaffolding pada Pembelajaran IPA Berorientasi Inkuiri: Implikasinya terhadap Kemampuan Berpikir Ilmiah,” kata Profesor Suciati, Kamis (31/10/2019).
Judul diangkat dengan pertimbangan bahwa sebagaimana tertuang dalam kurikulum serta capaian standar proses yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Yakni bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ditujukan untuk membekali peserta didik tentang pengetahuan IPA yang diperoleh melalui metode ilmiah dengan cara penemuan (inkuiri). Di mana peserta didik membangun konsep melalui pengalaman dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya secara mandiri.
Hal ini mengandung makna bahwa pembelajaran IPA tengah mengalami transisi paradigma pembelajaran, dari sekadar transfer of knowledge yang berpusat pada guru (teacher centered) menuju pembelajaran yang berorientasi penemuan (inkuiri) yang berpusat pada peserta didik (student centered). Perubahan paradigma merupakan proses panjang dan kompleks yang penuh rintangan dan tantangan, sehingga perlu kesiapan seluruh komponen pembelajaran.
Untuk mewujudkan hal tersebut perlu sebuah inovasi pembelajaran berupa teknik pembelajaran yang tepat, agar peserta didik tidak mengalami hambatan dalam membangun pengetahuannya selama proses pembelajaran.
Sementara itu, Profesor Leo Agung S akan dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Pendidikan FKIP UNS. Leo Agung merupakan Guru Besar ke-205 UNS dan ke-61 FKIP. Dalam pengukuhan nanti, Profesor Leo Agung akan membacakan pidato pengukuhan dengan judul Pendidikan Karakter sebagai Fondasi Keterampilan Abad 21 (5CS Super Skills). “Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah,” kata Leo Agung.
Komponennya meliputi pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen harus dilibatkan, termasuk komponen pendidikan itu sendiri. Yakni isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran.
Selain itu juga komponen pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
“Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action),” katanya. Menurut Lickona (2000), tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif.
Sedangkan Profesor Istadiyantha akan dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Kajian Timur Tengah. Istadiyantha merupakan Guru Besar ke-206 UNS dan ke-23 FIB. Ia akan membawakan pidato pengukuhan dengan judul Pemaknaan Baru Terhadap Hubungan Indonesia-Timur Tengah dalam Rangka Menyongsong ERA 5.0.
Maksud dari studi ini adalah membuka peluang untuk mencari makna baru dari hubungan Indonesia dengan negara-negara Timur Tengah, bukan lagi bersifat oposisi biner. Seperti baik–buruk dan hitam-putih, tetapi dicari warna dan makna lain yang positif. Sering orang memaknai terhadap sesuatu objek hanya berdasar kepada makna yang beku, makna yang statis, dan terkesan monoton.
Dekonstruksi mencoba menawarkan makna baru dengan reaktualisasi, redifinisi, dan atau reinterpretasi. Naskah pidato ini akan diketengahkan tentang Pemaknaan baru terhadap hubungan Indonesia dengan Timur Tengah. “Upaya untuk meningkatkan jalinan kerja sama antara Indonesia dengan negara-negara di Timur Tengah memerlukan pemaknaan baru,” katanya.
Pemaknaan ini diupayakan dicari makna-makna yang lazim dilakukan. Artinya selalu dicari sisi positif dari makna-makna yang selama ini terpendam. Teori dekonstruksi memberi peluang untuk melakukan pemaknaan baru, sehingga publik opini yang sering men-generalisasi bahwa bahwa selain daerah-daerah di Timur Tengah itu sebagai daerah religius dan pendidikan, dapat ditemukan zona-zona alternatif dari hasil pemetakan wilayah Timur Tengah.
Guna menyongsong Era 5.0 atau Society 5.0 dengan tema Humanisme, Indonesia dan Timur Tengah berkesempatan untuk merumuskan bentuk-bentuk humanisme yang akan dikontribuikan dalam era tersebut. Humanisme yang dikembangkan harus terkontrol oleh tiga hal, yaitu antroposentris, ekosentris, dan teosentris