Presiden Joko Widodo awali pembangunan ponpes mta
KARANGANYAR (LN) – Presiden Joko Widodo melakukan prosesi peletakan batu pertama pembangunan Pondok Pesantren(Ponpes) MTA di Dusun Tunggul Sari, Desa Pojok, Mojogedang, Karanganyar, Ahad (15/7). Acara tersebut dihadiri lebih dari 10.000 jamaah perwakilan warga Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) dari berbagai daerah, simpatisan MTA dan warga masyarakat.
Presiden tiba di lokasi pukul 09.00 didampingi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Pangdam IV Diponegoro Mayor Jenderal TNI Wuryanto, Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol. Condro Kirono serta sejumlah menteri kabinet kerja. Kedatangan rombongan disambut dengan penampilan kelompok karawitan yang seluruh anggotanya adalah warga MTA.
Acara diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan pembacaan ayat suci Al Quran. Setelah penayangan selayang pandang Ponpes MTA dan profil Asrama Putri SMA MTA, Pimpinan Pusat MTA Al Ustadz Drs Ahmad Sukina menyampaikan laporan. Disusul dengan ucapan selamat datang dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan sambutan Presiden Joko Widodo. Dalam kesempatan tersebut presiden melakukan groundbreaking dan penandatanganan prasasti Ponpes MTA sebagai tanda dimulainya pembangunan dan penandatanganan prasasti Asrama Putri SMA MTA sebagai tanda diresmikan.
Al Ustadz Drs Ahmad Sukina menyampaikan, Ponpes MTA akan dibangun diatas lahan seluas kuranglebih 10 hektare. Proses pembangunan dilakukan bertahap. Pada tahap pertama prioritas pembangunan meliputi fasilitas utama ponpes yakni masjid, asrama dan sekolah. Ketiganya ditargetkan rampung selama delapan bulan. Pembangnan ponpes MTA menggunakan dana dari warga MTA, simpatisan dan penyandang dana yang tidak terikat.
“Proses pembangunan diitargetkan selesai delapan bulan kedepan. Harapannya pada tahun pelajaran 2019/2020 siap menerima santri angkatan pertama. Untuk angkatan pertama kita terima maksimal 100 santri putra, mereka ditempatkan di tiga kelas,” jelasnya.
Ponpes MTA akan menerapkan sistem Kuliyatul Mu’alimin Al Islamiyyah (KMI) atau setara Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan masa pendidikan selama enam tahun. Didalamnya diberikan materi pendidikan umum dan diniyah. Ponpes MTA juga memiliki program khusus menghafal Al Qur’an (tahfidz). Saat ini sumber daya manusia (SDM) untuk tenaga pengajar di ponpes telah siap. Mereka adalah warga MTA lulusan berbagai ponpes.
“Dengan didirikannya ponpes MTA ini diharapkan regenerasi dakwah Islam khususnya Majlis Tafsir Al Quran dapat berjalan dengan baik. Karena dakwah ini tidak boleh putus, harus sambung menyambung. Ini juga sebagai wujud kontribusi positif dari MTA untuk bangsa dan negara dalam bidang pembangunan mental dan moral masyarakat,” terang Ustadz Sukina.
Sementara itu, terkait peresmian Asrama Putri SMA MTA, Ustadz Sukina menjelaskan, asrama berada di Semanggi, Pasar Kliwon, Kota Surakarta. Keberadaan asrama putri baru tersebut diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan siswi SMA MTA sehingga mampu meningkatkan prestasi akademik dan ibadah.
“Sebelumnya kita sudah mempunyai asrama putri namun belum representatif. Sekarang sudah ada asrama putri baru, harapannya siswi SMA MTA dapat lebih giat dalam belajar, lebih baik dalam beribadah,” jelasnya.
Sementara itu kehadiran Pondok Pesantren MTA di Dusun Tunggul Sari Desa Pojok diharapkan memberi dampak positif terhadap kehidupan sosial kemasyarakatan. Dari sisi sosial, pemerintah desa ingin warganya mendapatkan tambahan pengetahuan agama lebih baik. Mereka ingin memiliki kesempatan yang sama untuk bergabung dengan program-program yang ada di ponpes MTA.
“Di desa Pojok ini sudah ada tiga pondok pesantren dengan latar belakang yang berbeda. Dengan adanya pondok MTA ini akan menambah lagi pengetahuan agama masyarakat. Kami berharap warga di wilayah setempat mendapatkan prioritas untuk belajar di Pondok MTA,” ujar Kepala Desa Pojok, Wiwin Indarwati.
Selain itu, keberadaan Ponpes MTA juga memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Wiwin menyebut, sejak rencana pembangunan pondok bergulir, warga di sekitar lokasi sudah merasakan peningkatan perputaran ekononomi. Pemerintah desa yakin setelah pondok beroperasi potensi ekonomi yang lain akan muncul lebih banyak.
“Secara statistik, desa Pojok memiliki penduduk sekitar 6.000 jiwa dengan latar belakang mata pencaharian mayoritas adalah buruh tani dan karyawan swasta. Kehadiran pondok harapannya bisa meningkatkan perekonomian dengan membuka ruang usaha baru,” terangnya. (Humas)